Ilustrasi ibu hamil. Foto: Freepik

Ada 10 Penyebab Pendarahan Saat Hamil, Ini Cara Mengatasinya

Pendarahan saat hamil termasuk relatif umum terjadi, terutama selama trimester pertama.

Melansir Medical News Today, kira-kira satu dari tiga perempuan hamil kemungkinan akan mengalami pendarahan saat tiga bulan pertama kehamilan mereka.

Pendarahan kecil pada umumnya bukan kondisi serius, terutama jika tidak disertai dengan rasa sakit. Namun, pendarahan besar dan pendarahan menyakitkan mungkin merupakan tanda dari masalah serius. Setiap kejadian pendarahan saat hamil sebaiknya dievaluasi oleh dokter.

Perdarahan saat hamil muda bisa terjadi karena berbagai alasan. Memahami penyebabnya sangat penting untuk mencegah dampak buruk pada kehamilan.

Perdarahan atau flek pada trimester pertama biasanya hal lumrah dan tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah.

Tapi, perdarahan terjadi di trimester dua dan tiga seringkali dikaitkan dengan kondisi lebih serius, seperti keguguran.

Terpenting tidak panik ketika terjadi perdarahan. Berikut beberapa penyebab pendarahan saat kehamilan dikutip dari berbagai sumber.

1. Pendarahan Implantasi

Adalah pendarahan saat hamil terjadi sekitar 7–14 hari setelah terjadi konsepsi atau pembuahan.

Biasanya perdarahan ini berhenti dalam 1–2 hari. Hal ini tidak berbahaya dan tidak membutuhkan pengobatan dan biasanya terjadi pada periode haid seharusnya terjadi.

Maka itu terkadang ibu hamil menganggap perdarahan implantasi sebagai haid dan tidak menyadari bahwa ia sedang hamil.

2. Keguguran

Paling sering terjadi selama 12 minggu pertama kehamilan, keguguran cenderung salah satu masalah terbesar saat hamil di awal kehamilan.

Keguguran bisa terjadi sekitar 15–20 persen kehamilan, biasanya selama 12 minggu pertama kehamilan.

Namun, pendarahan saat hamil trimester pertama tidak selalu berarti keguguran atau kehilangan bayi.

3. Kehamilan Ektopik

Pada kehamilan ektopik, implan embrio dibuahi berada di luar rahim, biasanya di tuba falopi. Jika embrio terus tumbuh, ini menyebabkan tuba falopi pecah bisa mengancam jiwa.

Meskipun kehamilan ektopik berpotensi berbahaya, itu hanya terjadi pada sekitar 2 persen kehamilan.

Gejala kehamilan ektopik adalah kram atau rasa sakit yang kuat di perut bagian bawah dan sakit kepala ringan.

Beberapa faktor meningkatkan risko kehamilan ektopik adalah:

  • Riwayat penyakit radang panggul, operasi atau ligasi tuba fallopi.
  • Riwayat infertilitas selama lebih dari 2 tahun.
  • Memiliki IUD (alat kontrasepsi ditempatkan di rahim).
  • Merokok, atau sering melakukan douching.

Namun, hanya sekitar 50 persen perempuan mengalami kehamilan ektopik.

4. Kehamilan Molar (Trofoblas Gestasional)

Pendarahan saat hamil pada kondisi ini cukup sering dialami sebagian perempuan. Ini adalah kondisi sangat langka dimana jaringan abnormal tumbuh dalam rahim, bukan di bayi.

Dalam kasus jarang terjadi, jaringan memiliki sifat kanker dan bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Gejala-gejala lain dari kehamilan molar adalah mual dan muntah parah, serta pembesaran rahim yang cepat.

5. Perubahan Serviks

Selama kehamilan, darah ekstra mengalir ke serviks. Hubungan seksual atau tes pap smear menyebabkan kontak dengan serviks memicu perdarahan.

6. Infeksi Rahim

Setiap infeksi serviks, vagina, atau infeksi menular seksual (seperti klamidia, gonore, atau herpes) dapat menyebabkan pendarahan saat hamil pada trimester pertama.

7. Gagal Embrio

Penyebab pendarahan saat hamil, mungkin mengalami blighted ovum (juga disebut gagal embrio).

Ultrasonografi akan menunjukkan bukti kehamilan intrauterin, yaitu embrio gagal berkembang sebagaimana mestinya di lokasi yang tepat.

8. Placenta Previa

Pendarahan saat hamil ini terjadi ketika plasenta terletak rendah dalam rahim dan sebagian atau seluruhnya menutupi pembukaan jalan lahir.

Placenta previa sangat jarang terjadi pada akhir trimester ketiga, hanya terjadi pada 1 dari 200 kehamilan.

9. Solusio Plasenta

Menurut penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ini adalah keadaan terlepasnya plasenta sebelum persalinan. Hal ini bisa terjadi, baik sebagian atau seluruhnya, dari tempat implantasi yang normal.

Salah satu penyebab pendarahan saat hamil ini terjadi pada sekitar 1 persen kehamilan dan bisa sangat berbahaya bagi ibu dan bayi.

Tanda dan gejala lain dari solusio plasenta adalah:

  • Nyeri perut
  • Gumpalan dari vagina
  • Rahim lunak
  • Nyeri punggung
  • Pendarahan saat hamil

Faktor risiko solusio plasenta termasuk kondisi berikut:

  • Tekanan darah tinggi
  • Trauma
  •  Penggunaan kokain
  • Penggunaan tembakau

10. Hubungan Seksual

Tubuh mengalami perubahan signifikan selama kehamilan, termasuk area leher rahim (serviks) menjadi lebih sensitif.

Bercak darah muncul setelah berhubungan seksual adalah normal, selama tidak disertai nyeri.

Ketika mengalami pendarahan saat hamil, sebaiknya segera menemui bidan atau dokter kandungan untuk pemeriksaan. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan kondisi janin.

Berikut cara mengatasi pendarahan saat hamil ketika di rumah, melansir Better Health:

  • Perbanyak istirahat.
  • Gunakan pembalut daripada tampon saat vagina mengeluarkan darah.
  • Menghindari seks. Seks dapat dilanjutkan setelah pendarahan berhenti.
  • Mengonsumsi obat pereda nyeri ringan, seperti parasetamol.
  • Catat waktu pendarahan dimulai dan aktivitas apa pun yang mungkin berkontribusi pada perdarahan.

Namun apabila perdarahan terjadi dalam jumlah yang cukup banyak disertai atau tanpa demam, maka ibu hamil harus segera menemui dokter kandungan.

Sambil menunggu diperiksa dokter, cobalah duduk, angkat kaki, dan minum segelas air ukuran besar.

Terakhir, tanyakan pada diri sendiri apakah mengalami gejala lain, seperti:

  • Kontraksi
  • Sakit punggung
  • Mual
  • Perubahan penglihatan
  • Penurunan aktivitas bayi

Artikel Terkait