Ilustrasi mengonsumsi mi instan. Foto: Freepik

Batas Aman Makan Mi Instan dalam Seminggu, Penjelasan Pakar

Menjadi rahasia umum, mi instan menjadi salah satu makanan cepat saji disukai banyak orang dari berbagai kalangan.

Mi instan adalah mi yang dikukus dan dikeringkan (dalam keadaan matang). Kemudian, mi akan dimasak atau direndam dalam air panas sebelum dimakan.

Mengutip Detikfood, sebagian besar mi instan mengandung tinggi natrium dan monosodium glutamat (MSG) yakni bahan tambahan makanan untuk meningkatkan rasa pada makanan olahan.

Walaupun MSG aman dikonsumsi, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat membeberkan bahwa MSG berpotensi memiliki dampak terhadap kesehatan.

Batas Aman Konsumsi Mi Instan dalam Seminggu

Ahli Gizi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Tri Kurniawati menyebutkan mi instan belum bisa dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi seimbang bagi tubuh.

Mi terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit.

Menurut Tri Kurniawati, sebaiknya makan mi instan tidak lebih dari dua bungkus dalam seminggu.

"Mi instan juga bisa berbahaya bagi kesehatan, hal ini dikarenakan dalam satu porsi mi instan biasanya mengandung lemak dan natrium yang tinggi, namun rendah serat, vitamin dan mineral. Pola konsumsi mi instan berpengaruh positif terhadap obesitas abdominal dan hiperkolesterolemia," ungkap Tri, dikutip dari laman um-surabaya.ac.id.

Namun jika konsumsi mi instan dalam jumlah sedang, kemungkinan besar tidak akan menimbulkan efek kesehatan yang negatif.

Mi Instan Bukan Makanan Pokok

Jangan jadikan mi instan sebagai makanan pokok atau dimakan setiap hari. Pasalnya, kandungan nutrisinya rendah.

Oleh karena itu, mengonsumsi mi instan sebaiknya menambahkan tambahan sayuran dan protein seperti telur, ayam, daging dan sumber protein lainnya.

“Waspadai pemakaian mi instan yang di jadikan sebagai lauk atau dimakan hanya dengan nasi. Hal tersebut tidak dianjurkan karena hanya mengandung karbohidrat saja,” pungkas Tri.(*)

Artikel Terkait