Ilustrasi galon yang diduga mengandung BPA. Foto: Freepik

Ini Fakta Ilmiah Soal Air Galon Mengandung BPA, Jangan Sampai Dibohongi

Belum lama ini, warganet Indonesia digegerkan video unggahan TikTok dr. Richard Lee yang menyebutkan bahwa kemasan salah satu merek air minum populer Indonesia masih menggunakan bahan Bisfenol A (BPA).

"Setelah kupelajari, memang benar di Eropa itu sudah dilarang penggunaan minuman galon menggunakan polikarbonat karena ada cemaran BPA-nya," jelas dr. Richard Lee dalam kontennya.

"Dan sangat mengejutkan sekali, merek terbesar di Indonesia masih menggunakan polikarbonat yang di dalamnya masih ada cemaran BPA-nya," sambung dr. Richard.

Mengenal BPA

Dikutip dari Mayo Clinic, BPA adalah bahan kimia industri digunakan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi sejak 1950.

Umumnya, plastik polikarbonat dan resin epoksi digunakan sebagai wadah makanan, botol minum, botol air plastik, hingga produk kebersihan.

Sebuah studi dipublikasikan Cancer Research UK pada 2021 menemukan bahwa BPA terbukti tidak menyebabkan kanker.

Sebab, kadar BPA terdapat di wadah atau kemasan plastik masih tergolong sangat rendah sehingga masih aman jika masuk ke dalam tubuh manusia.

Kendati begitu, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Aru Ariadno, Sp,PD-KGEH, FINASIM mengatakan bahwa BPA tetap meningkatkan risiko masalah kesehatan serius karena bersifat beracun dan berbahaya bila masuk ke dalam tubuh.

Bahaya BPA

"Yang jadi masalah, BPA ini bahan yang beracun dan bisa mencemari makanan yang dibungkus atau cairan yang ditampung dalam plastik BPA," ujar dr. Aru kepada CNBC Indonesia, Senin (2/10/2023).

"Jika kita terpapar oleh plastik BPA, ada sejumlah masalah kesehatan bisa muncul, seperti gangguan berat badan pada bayi, gangguan hormonal, kanker, sindrom ovarium polikistik, sampai kelahiran prematur," jelas dr. Aru.

Terkait hasil penelitian yang berbeda soal dampak BPA terhadap tubuh, dr. Aru menyarankan masyarakat menghindari penggunaan bahan-bahan plastik, terutama mengandung BPA.

Terlebih, sejumlah negara, seperti Prancis; Amerika Serikat, Denmark, Malaysia, dan Australia melarang penggunaan BPA karena berdampak buruk bagi kesehatan.

"Sebaiknya hindari penggunaan BPA. Sepanjang masih ada pendapat-pendapat yang saling bertentangan, kita ambil yang aman saja," tegas dr. Aru.

"Dan untuk itu dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menegakkan apakah [penggunaan BPA] boleh atau tidak berdasarkan keilmuan yang ada," lanjutnya.(*)

Artikel Terkait