Ilustrasi meneliti nyamuk di laboratorium. Foto: Freepik

Mengenal Nyamuk Wolbachia Pembasmi DBD, Karya Bill Gates

Nyamuk dikembangbiakkan Miliarder asal Amerika Serikat (AS) Bill Gates dalam bangunan bata berlantai dua di Medellín, Kolombia. Para ilmuwan bekerja berjam-jam di laboratorium yang lembap membiakkan jutaan nyamuk.

Bill Gates Kembang Biak Nyamuk Wolbachia

Melansir CNBCIndonesia, bos Microsoft tersebut mengatakan, dalam prosesnya, para ilmuwan memenuhi setiap kebutuhan serangga saat mereka tumbuh dari larva hingga kepompong dewasa, menjaga suhu tetap tepat dan memberi mereka banyak makanan ikan, gula, dan, tentu saja, darah.

Kemudian tim melepaskannya ke seluruh negeri untuk berkembang biak dengan nyamuk liar bisa membawa demam berdarah dan virus lain mengancam akan membuat sakit dan membunuh penduduk Kolombia.

Melalui blog resminya, Gates menyebut, nyamuk dilepaskan tidak untuk meneror penduduk setempat. Melainkan membantu menyelamatkan jutaan nyawa.

"Saya telah menulis sebelumnya tentang nyamuk Wolbachia yang menakjubkan ini, termasuk tahun lalu ketika sebuah studi baru menunjukkan betapa efektifnya mereka dalam mencegah penyakit," mengutip CNN Indonesia.

Dijelaskan ternak nyamuk yang diproduksi di pabrik ini membawa bakteri bernama Wolbachia menghalangi mereka menularkan demam berdarah dan virus lainnya, seperti Zika, chikungunya, dan demam kuning ke manusia.

Nyamuk Wolbachia Dilepaskan ke Alam Bebas

Dengan melepaskan mereka berkembang biak dengan nyamuk liar, para Wolbachia menyebarkan bakteri mengurangi penularan virus dan melindungi jutaan orang dari penyakit.

"Uji coba acak yang terkontrol di Yogyakarta Indonesia mendapatkan fakta bahwa nyamuk pembawa Wolbachia mengurangi kasus DBD di kota itu sebanyak 77 persen dan pasien rawat inap DBD sebanyak 86 persen," tulis Gates lagi.

Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Adi Utarini menjelaskan, Wolbachia adalah bakteri hanya bisa hidup dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk. Wolbachia tidak bisa bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya.

Bahkan, Wolbachia ditemukan dalam tubuh nyamuk aedes albopictus secara alami.

"Wolbachia adalah bakteri yang hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk dan tidak dapat bertahan hidup di luar sel tubuh serangga," kata Adi Utarini melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI di Jakarta, Minggu (19/11/2023), dikutip dari Tempo.co.

Hal tersebut berdasarkan hasil penelitiannya bersama tim dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM dan World Mosquito Program (WMP) sejak 2011.

Penelitian dilakukan membuktikan efektivitas bakteri Wolbachia terhadap penurunan kasus dengue di Indonesia.

Perempuan yang akrab disapa Uut mengatakan Wolbachia maupun nyamuk sebagai inangnya bukanlah organisme hasil modifikasi genetik di laboratorium. Sebab, materi genetik dari nyamuk maupun bakteri Wolbachia yang digunakan identik dengan organisme ditemukan di alam.

Menurunkan Penyebaran Virus Dengue

Tujuannya, agar nyamuk betina kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan anak-anak nyamuk mengandung Wolbachia.

"Pada akhirnya, hampir seluruh nyamuk di populasi alami akan memiliki Wolbachia," kata Uut.

Wolbachia berperan memblok replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk.

"Akibatnya, nyamuk mengandung Wolbachia tidak mampu lagi menularkan virus dengue ketika nyamuk tersebut menghisap darah orang yang terinfeksi virus dengue," lanjutnya.

"Selain itu, analisis risiko yang telah dilakukan oleh 20 ilmuwan independen di Indonesia menyimpulkan bahwa risiko dampak buruk terhadap manusia atau lingkungan dapat diabaikan," tambah Uut.

Kementerian Kesehatan menerapkan inovasi teknologi Wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Teknologi Wolbachia yang digunakan, diimplementasikan dengan metode 'penggantian', yaitu nyamuk jantan dan nyamuk betina Wolbachia dilepaskan ke populasi alami.

Sementara, mengutip situs resmi World Mosquito Program, pengembangan program itu sudah dimulai sejak Januari 2014 yaitu dengan pelepasliaran nyamuk pembawa Wolbachia di masyarakat sekitar Yogyakarta.

Dalam sebuah studi baru di Medellín, kasus demam berdarah telah menurun sebesar 89 persen sejak nyamuk Wolbachia mulai dilepaskan pada 2015.

Hasil ini merupakan terobosan besar, menawarkan bukti teknologi baru ini akan melindungi seluruh kota dan negara dari ancaman penyakit dibawa nyamuk.(*)

Artikel Terkait