Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat Harus Terjaga untuk Percepatan Perbaikan Gizi Nasional
Keterlibatan lintas sektor dan partisipasi masyarakat yang kuat menjadikan program ini dapat berjala
Ada beberapa gangguan tumbuh kembang anak bisa memengaruhi kehidupannya, mulai dari keterlambatan bicara hingga disabilitas intelektual.
Untuk itu orangtua perlu mengetahui tanda bahaya atau red flag pada anak yang mengalami masalah tumbuh kembang.
Penyebab Gangguan Tumbuh Kembang Anak
Masalah atau gangguan tumbuh kembang pada anak secara umum disebabkan oleh gangguan genetik atau kromosom infeksi saluran saraf.
Selain itu, riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur, bayi berat lahir rendah, atau bayi mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif juga bisa menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang anak.
Dikutip dari WebMD, keterlambatan perkembangan anak adalah ketika anak tertinggal dari teman sebayanya dalam satu atau lebih area pertumbuhan emosional, mental, atau fisik.
Keterlambatan perkembangan anak terdiri dari beberapa jenis, meliputi:
· Bahasa atau ucapan
· Penglihatan gerakan (keterampilan motorik)
· Keterampilan sosial dan emosional
· Berpikir (keterampilan kognitif)
Keterlambatan perkembangan anak mengacu pada anak prasekolah hingga usia 5 tahun yang menunjukkan penundaan berlangsung setidaknya 6 bulan. Itu semua masalah kesehatan yang biasanya berlangsung seumur hidup.
Dikutip dari Baby Center, setiap anak bisa memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda, tidak selalu sama. Namun, perkembangan anak ada garis waktu sebagai patokannya.
Jika anak tampaknya tidak mencapai tonggak perkembangan sesuai usianya, orangtua bisa berkonsultasi kepada dokter untuk mengetahui cara mengatasinya.
Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kemenkes, berikut beberapa gangguan tumbuh kembang anak yang orangtua perlu ketahui.
1. Keterlambatan bicara
Keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh gangguan pendengaran, gangguan pada otak, misalnya retardasi mental, gangguan bahasa spesifik reseptif dan atau ekspresif, hingga autisme atau gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit melafalkan kata-kata.
Tanda-tanda keterlambatan bicara, orangtua perlu waspadai:
· Kurangnya kemampuan menunjuk dan memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan.
· Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan.
· Orangtua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan.
· Perhatian atau respons tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu memberi respons.
· Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan.
· Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan.
Apabila menemui tanda-tanda keterlambatan bicara pada anak, orangtua perlu membawanya periksa ke dokter.
Untuk mendiagnosis keterlambatan bicara dan mencari penyebabnya, anak-anak mungkin perlu menjalani serangkaian pemeriksaan di dokter spesialis anak, dokter THT, dan psikolog atau psikiater anak.
Ilustrasi Anak dengan cerebral palsy. Foto: Freepik
2. Cerebral palsy
Dikutip dari Kementerian Kesehatan, cerebral palsy adalah suatu kelainan yang menyebabkan gerakan dan postur tubuh seorang anak tidak progresif. Cerebral palsy disebabkan oleh adanya kerusakan pada sel-sel motorik dalam susunan saraf pusat.
Gejala cerebral palsy termasuk refleks berlebihan, anggota badan yang lemas atau kaku, dan gerakan tak terkendali. Tanda-tanda ini muncul pada anak usia dini.
3. Gangguan belajar
Gangguan belajar pada anak adalah masalah yang memengaruhi kemampuan otak untuk menerima, mengolah, menganalisis, atau menyimpan informasi. Kondisi tersebut dapat menghambat perkembangan akademik.
Dilansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut beberapa bentuk gangguan belajar pada anak:
· Disleksia: kesulitan membaca dan menulis
· Disgrafia: kesulitan berekspresi dalam bentuk tulisan, termasuk kesulitan dalam membuat tulisan tangan, mengeja, dan mengorganisasikan pikiran.
· Diskalkulia: kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep matematika dasar, sukar menghafal angka-angka.
· Gangguan bahasa reseptif: kesulitan yang dialami oleh anak usia dini dalam menerima pesan atau informasi dari orang lain yang disampaikan melalui verbal atau suara, meskipun sebenarnya ia sedikit mengerti.
4. Disabilitas intelektual
Kondisi ditandai dengan IQ rendah (di bawah 70). Anak-anak yang memilki IQ di bawah normal memiliki masalah dalam belajar dan beradaptasi dengan masyarakat.
Adapun gejala disabilitas intelektual, meliputi:
· Lamban dalam mempelajari hal baru
· Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru
· Kemampuan bicara kurang
· Cacat fisik dan perkembangan gerak
· Kesulitan mengurus diri sendiri, seperti berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri
· Tingkah laku dan interaksi tidak lazim
· Bertingkah laku kurang wajar atau tanpa tujuan yang jelas.(*)