Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat Harus Terjaga untuk Percepatan Perbaikan Gizi Nasional
Keterlibatan lintas sektor dan partisipasi masyarakat yang kuat menjadikan program ini dapat berjala
Setiap orang ingin tampil wangi setiap hari. Salah satu cara yang dilakukan dengan menyemprotkan parfum ke bagian leher lantaran wangi parfum dipercaya bisa bertahan lebih lama.
Belakangan ini, ada video singkat beredar di media sosial menerangkan seorang laki-laki sering memakai parfum di leher mengaku muncul hitam-hitam seperti tahi lalat di bagian leher hingga akhirnya harus melakukan laser CO2.
Informasi tersebut disampaikan melalui video yang diunggah oleh akun TikTok @yogXXXp, Rabu (3/1/2024).
“Stop pakai parfum di leher kalau kamu tidak mau ada tahi lalat ataupun bercak hitam yang semakin lama semakin banyak dan sedikit membesar dan bisa mengganggu penampilan kalian sehingga kalian harus laser CO2 dua kaya aku,” tulis pengunggah.
Mengutip Cleveland Clinic, laser CO2 atau pelapisan ulang karbondioksida digunakan untuk mengobati berbagai kondisi kulit seperti kerusakan akibat sinar Matahari, kerutan, bekas luka, kutil, tanda lahir dan kondisi kulit lainnya.
Menanggapi unggahan tersebut, sejumlah warganet mengatakan bahwa kondisi bercak hitam mirip tahi lalat tersebut merupakan keratosis.
Lantas, apakah menyemprotkan parfum ke leher bisa menyebabkan keratosis?
Melansir Kompas.com, spesialis kesehatan kulit dan kelamin dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Ismiralda Oke Putranti mengatakan, menyemprotkan parfum ke leher tidak berkaitan dengan kemunculan tahi lalat.
Menurutnya, tahi lalat atau bintik hitam pada leher lebih disebabkan oleh paparan sinar Matahari berulang, tanpa menggunakan tabir surya.
"Jika tahi lalat atau kutil, lebih diakibatkan paparan sinar Matahari berulang tanpa menggunakan sunscreen, sehingga memicu timbulnya tahi lalat atau kutil," ujarnya dikutip dari Kompas.com.
Oke membenarkan bahwa bintik hitam dan menonjol mirip tahi lalat atau kutil itu disebut sebagai keratosis seboroik atau skin tags.
Seiring bertambah waktu, menurut Oke, penyebab utama masalah kulit ini adalah genetik, dan diperberat dengan paparan sinar Matahari.
"Semakin tua, (keratosis seboroik) juga semakin banyak," tutur Oke.
Jika tidak mengganggu, lanjut Oke, orang dengan kondisi keratosis seboroik bisa membiarkan bintik hitam yang ada di leher atau bagian tubuhnya.
Namun, penderita bisa menghilangkan bercak ini melalui beberapa prosedur medis seperti kuretase, kauterisasi, atau laser.
"Konsultasikan ke dokter spesialis kulit dan kelamin (SpKK) atau spesialis dermatologi dan venereologi (SpDVE) terdekat," paparnya.
Meski memakai parfum di leher tidak menyebabkan keratosis, Oke mengatakan bahwa penyemprotan pada area ini bisa memicu reaksi alergi pada orang-orang tertentu.
Bahkan, bukan hanya di leher, menggunakan cairan pewangi langsung ke kulit bisa menyebabkan masalah yang sama.
Belum lagi, kandungan parfum dengan minyak bergamot berpotensi menyebabkan reaksi fotoalergi jika terkena sinar ultraviolet.
Alkohol terdapat dalam parfum bisa memicu reaksi iritasi, proses penyembuhannya bisa menyebabkan kulit menghitam.
Bagi mengalami reaksi alergi parfum, langkah pertama dianjurkan adalah menghentikan pemakaian langsung pada kulit.
Membersihkan area kulit dengan air dan sabun bisa membantu menghilangkan sisa-sisa parfum. Penderita bisa menggunakan pelembap berbahan dasar emolien atau aloe vera untuk meredakan gejala ringan.
Namun, jika gejala memburuk, konsultasi dengan dokter kulit atau spesialis terdekat sangat disarankan.(*)