Ilustrasi polusi udara. Foto: Freepik

Sinyal Tubuh Saat Terpapar Efek Polusi Udara, Ini Kata Dokter Paru

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyebutkan, kualitas udara di Jakarta dalam kategori tidak sehat. Angka partikel (particulate matter/PM) 2,5 berdasarkan indeks standar pencemar udara (ISPU) mencapai 121 pada Jumat pagi (8/9/2023) hingga pukul 08.00 WIB.

Kualitas Udara

Laman resmi Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, menyebutkan di antara lima wilayah, Lubang Buaya Jakarta Timur memiliki angka PM2,5 sebesar 121 atau berada di antara patokan 101-199.

Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udara tidak sehat karena bisa merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Untuk kategori baik yakni tingkat kualitas udara tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

Lalu, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

Selanjutnya, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya bisa merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan serius pada populasi.

Selain Jakarta Timur, ISPU di wilayah kota Jakarta lainnya terpantau sedang, yaitu Bunderan HI Jakarta Pusat (95), Kelapa Gading Jakarta Utara (96), Jagakarsa Jakarta Selatan (93) dan Kebon Jeruk Jakarta Barat (90).

Sementara itu, situs pemantauan IQ Air pada Jumat pukul 07.00 WIB, Jakarta diklasifikasikan sebagai kota nomor empat dengan pencemaran udara tertinggi di dunia, dengan nomor satu tercemar, yakni pertama Kuwait City, Kuwait (179), kedua Lahore, Pakistan (169), ketiga Beijing, Cina (168).

Data kualitas udara buruk di Jakarta kontras dengan kondisi beberapa hari belakangan saat KTT ke-43 ASEAN 2023 berlangsung. Saat penyelenggaraan KTT ASEAN 2023 kualitas udara di DKI Jakarta lebih bersih. Langit Jakarta terlihat jelas. 

Efek Polusi Udara

Permasalahan polusi udara dan sekitarnya sangat mengkhawatirkan lantaran bisa memicu berbagai penyakit pada saluran pernapasan hingga gangguan jantung.

Spesialis paru pernapasan konsultan, Prof. dr. Menaldi Rasmin, SpP(K), FCCP, mengatakan sulit memastikan lama waktu seseorang harus pergi dari lingkungan dengan polusi tinggi.

Sebab, terkadang kualitas udara yang buruk tidak bisa diketahui hanya dengan kasat mata dan memerlukan alat ukur tertentu.

"Untuk lama waktunya, susah saya memperkirakannya. Tapi, itu bisa diperkirakan dari jarak pandang kita," kata Menaldi saat ditemui di Jakarta Selatan, dikutip dari detik.com.

"Jika jarak pandangan mata kita ke depan sudah kurang dari 4 km, harus segera meninggalkan tempat tersebut dan memakai masker. Tapi, kalau dalam jarak 14-15 km mata kita bisa melihat ke depan dengan jelas, mungkin masih aman untuk bertahan di tempat tersebut," jelasnya.

Meski begitu, ada tanda-tanda kualitas udara sangat buruk untuk kesehatan.

"Misalnya merasa lebih haus, kulit kita sudah gatal-gatal, terasa kering, dan penglihatan mulai terganggu," ungkap Menaldi.

"Itu tanda kita mesti keluar dari tempat yang mungkin terpapar polusi," pungkasnya.

Sementara itu,dokter spesialis paru Dr. Aisah Wardani, Sp. P.menjelaskan, polusi udara menyebabkan gangguan kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Jangka pendek dari polusi udara yakni terkena ISPA. Bentuknya seperti batuk, nyeri di tenggorokan, radang tenggorokan, iritasi atau keluhan mata merah, bersin-bersin. Polusi udara juga menyebabkan permasalahan di kulit.

"Dampak panjang mulai paling berat kanker paru, TBC, paru obstruksi kronis, asma, dan pneumonia," jelas Aisah dikutip dari NU online.com.(*)

Artikel Terkait