Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat Harus Terjaga untuk Percepatan Perbaikan Gizi Nasional
Keterlibatan lintas sektor dan partisipasi masyarakat yang kuat menjadikan program ini dapat berjala
Penelitian Universitas Duke Medicine di Amerika Serikat menguji validitas penggunaan sel punca darah atau stem cell tali pusar para penderita autisme yang dikembangkan untuk pengobatan autis serta kelainan fungsi otak lainnya.
Program Duke Medicine itu meneguhkan anggapan yang lama diyakini yaitu kebenaran potensi pemanfaatan darah tali pusar dan membran tali pusar pada masa depan akan berjalan seiring dengan kemajuan terapi sel.
Diungkapkan dalam jurnal Stem Cells Portal, para ahli melakukan penelitian anak menggunakan darah tali pusarnya sendiri untuk mengurangi gejala autisme.
Penelitian stem cell (sel punca) berjalan selama hampir satu setengah tahun. Peneliti menganalisa 25 anak dengan autisme berusia di bawah 6 tahun, salah satunya Gracie Gregory.
Orang uanya mengatakan kepada CNN mereka melihat perubahan besar dan dramatis pada anak mereka setelah menjalani uji klinis.
Dokter mendiagnosis Gracie mengalami gangguan autisme pada usia 2 tahun. Gracie sering mengamuk memengaruhi 75 persen rutinitas hariannya.
Setelah penelitian, orangtuanya melihat perbaikan dengan hasil 9, berdasarkan skala 1 sampai 10. Gracie juga belajar di sekolah umum.
“Kami tetap melihat adanya keganjilan yang tidak ia miliki,” kata sang ayah, Wade Gregory.
“Namun, saya pikir itu merupakan peningkatan kurva belajarnya, mendorongnya untuk melakukan hal biasa,” lanjut Wade Gregory.
Evaluasi dilakukan setelah anak-anak menjalani transfusi darah, MRI dan tes EEG setidaknya tiga kali. Dan enam bulan setelahnya, beberapa anak autis menunjukkan perbaikan yang ditandai dalam cara berkomunikasi dan berperilaku.
Penelitian Duke Medicine memberikan suatu harapan baru dalam perawatan anak autisme.(*)