Abtaha Maqsood. Foto: Getty Images

Abtaha Maqsood, Atlet Kriket Internasional Berhijab Pertama di Inggris

Seorang perempuan muslim berhijab, Abtaha Maqsood berusia 24 tahun adalah seorang atlet perempuan muslim berhijab pertama di Inggris yang menjadi atlet kriket Internasional. Kisahnya yang menginspirasi membuatnya muncul di serial televisi anak-anak BBC membaca sebuah buku tentang hijab dalam Islam.

Dalam acara itu, perempuan asal Glasgow, Skotlandia membaca kisah berjudul "Not Now, Noor!" ditulis oleh Farhana Islam dan Nabila Adani untuk sebuah episode CBeebies Bedtime Stories. 

Abtaha Maqsood menjadi story teller di BBC. Foto: BBC

Maqsood membacakan cerita tentang hijab ditayangkan di BBC. Cerita yang dibacakan Maqsood adalah tentang seorang gadis muda bernama Noor bertanya-tanya mengapa para perempuan di keluarganya mengenakan hijab.

"Ini menunjukkan mengapa hijab sangat penting bagi banyak perempuan Muslim," kata Maqsood.

Menurut atlet kriket ini, hijab merupakan tentang kesopanan dan menjadi identitas seorang Muslimah. Dia juga bangga menjadi seorang Muslimah.

"Ini adalah pesan yang sangat bagus dan manis untuk anak-anak," ujarnya.

Kepada The Mirror, Maqsood mengatakan alasan memilih cerita itu. Menurutnya, itu adalah cara sederhana dan jujur yang menggambarkan bagaimana rasanya benar-benar mengenakan hijab dan apa artinya bagi banyak perempuan Muslim di luar sana.

Cerita yang dibacakannya bisa menjawab pertanyaan anak-anak sekaligus menjadi hiburan. Maqsood mengatakan bahwa kisah dibacakannya itu mencerminkan pengalamannya sendiri dalam Islam.

Aksi Abtaha Maqsood di lapangan kriket. Foto: Getty Images

Maqsood mengenakan hijab sejak usia muda dan merupakan hijaber pertama yang berkompetisi di turnamen kriket The Hundred pada tahun 2021. Dia juga perempuan keturunan Pakistan pertama bermain kriket internasional untuk Skotlandia.

"Tidak perlu repot memakai hijab bermain kriket. Itu tidak menghalangi saya dan saya terus melakukannya," kata Maqsood.

Saat ini Maqsood menjadi atlet kriket tim Birmingham Phoenix, Inggris. Klub tempatnya bermain menciptakan hijab olahraga untuk Maqsood sehingga dia nyaman memakainya selama pertandingan.

Dilansir dari About Islam, Maqsood mulai bermain kriket saat masih kecil di taman rumahnya bersama ayah dan saudara laki-lakinya.

“Ayah dan ibuku sama-sama pecinta kriket. Tapi ayah saya, khususnya, mengatakan semua olahraga itu penting,” katanya.

Maqsood berusia 11 tahun bergabung dengan klub kriket lokalnya "Poloc".  Hanya empat bulan setelah bergabung dengan klub, ia terpilih mewakili skuad tim nasional U-17 Skotlandia melawan Irlandia di turnamen T20 pada usia 12 tahun.

“Ini adalah pertama kalinya orang benar-benar melihat seorang perempuan berhijab dan bermain kriket di level tertinggi, jadi saya pikir itu masih penting untuk dibicarakan,” katanya.

Ketika masih muda dia tidak memiliki panutan perempuan berhijab bermain olahraga profesional di tingkat internasional. Oleh karena itu kini dia bertekad menjadi sosok panutan tersebut.

"Saya hanya berharap bisa sedikit dan menginspirasi orang lain bahwa segala sesuatu mungkin terjadi. Anda bisa menjadi Muslimah dan menjadi pemain kriket, atau pemain sepak bola, atau apa pun," ungkap Maqsood.

Selain bermain kriket, Maqsood juga memegang sabuk hitam Taekwondo yang diperolehnya saat berusia 11 tahun. Ia juga pernah mengikuti kejuaraan Taekwondo Inggris dan Skotlandia.

“Mengenakan hijab adalah pilihan saya sendiri.  Saya pergi untuk melakukan umrah dengan keluarga saya ketika saya berusia 11 tahun, dan dalam perjalanan kembali ke Inggris, saya melihat ibu saya mulai mengenakan hijab. Jadi saya bertanya mengapa dia memakai itu dan kemudian dia memberi tahu saya bagaimana itu adalah kewajiban agama, jadi saya memutuskan untuk memakainya juga,” kata Maqsood.

“Itu sangat penting bagi saya pada waktu itu seperti sekarang dan saya akan terus memakainya”, tambahnya.

Meskipun dia sendiri tidak pernah menghadapi hambatan budaya, dia berharap bisa menginspirasi gadis-gadis muda Muslim mengatasi hambatan apa pun yang mereka hadapi.

“Saya sangat berharap orang-orang, ketika melihat saya, dapat menyadari bahwa bermain kriket dan berhijab bisa dilakukan secara bersamaan.  Dan ada orang-orang di luar sana yang dapat mendukung gadis-gadis muda melaluinya jika mereka benar-benar ingin bermain kriket di level tinggi atau olahraga profesional lainnya dalam hal ini,” harapnya.

Kini, semakin banyak perempuan Muslim mengambil bagian dalam berbagai olahraga.

Menurut Sport England, hanya 18 persen perempuan Muslim ambil bagian dalam olahraga, dibandingkan dengan 30 persen dari total populasi perempuan. Enam tahun lalu, angkanya hanya 12 persen dan menunjukkan peningkatan perempuan Muslim berolahraga.(*)

Artikel Terkait