MBG di Lubuk Linggau Jadi Penggerak Ekonomi Lokal dan Penguatan Pangan Daerah
Pemerintah menyadari betul pentingnya masa pertumbuhan sejak dini, MBG bukan sekedar pemenuhan makan
Dalam Islam suami memiliki kewajiban memberi nafkah kepada keluarganya, termasuk istri. Kewajiban ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam HR Muslim.
“Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rezeki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami),” demikian bunyi sabda Rasulullah SAW.
Meski suami menjadi tulang punggung keluarga, namun tidak sedikit para istri memilih jalan berkarier dan mendapatkan penghasilan setiap bulannya. Istilah ini kemudian populer dengan sebutan perempuan karier.
Di zaman dulu ada perempuan karier mengadu kepada Rasulullah SAW. Ia mengaku kepada Rasulullah SAW jika suaminya tidak memiliki apa-apa alias menganggur.
Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Selama ini kamu makan pakai apa?
Perempuan karier itu mengatakan memiliki peninggalan kebun dari orangtuanya. Kebun itu menjadi ladang mencukupi kebutuhan sehari-harinya, termasuk makan.
Kemudian Rasulullah SAW memberikan dua pilihan kepada perempuan karier itu. Pertama, apabila seorang suami tidak bisa memberikan nafkah kepada istrinya, maka sang istri sah jika meminta cerai.
“Pilihan kedua yaitu mencukupi dan mendapat pahala dobel. Pahala memberi nafkah dan pahala sambung silaturahmi kepada anak dan suamimu,” tutur Rasulullah SAW.
Sungguh mulia, perempuan karier itu memilih opsi kedua. Ia tidak mengapa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya dan mendapat dua pahala yang telah disebutkan oleh Rasulullah SAW.
Sekarang ini, baik laki-laki maupun perempuan sangat dianjurkan menimba ilmu setinggi mungkin dan berkarier sesuai dengan keinginan.
Allah berfirman dalam Q.S. al-Mujadilah ayat 11, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Allah berfirman dalam Q.S. at-Taubah ayat 105, “Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! Maka Allah, Rasul-Nya, dan para mukminin akan melihat pekerjaanmu.”
Dikutip dari hijup.com, ada enam perempuan berpendidikan tinggi dan berkarier pada zaman Rasulullah SAW.
Aisyah Ra.
Mendapat julukan sebagai ummul mukminin yaitu ibunya bagi orang-orang mukmin.
Aisyah Ra. termasuk manusia sangat dicintai Rasulullah SAW. Abu Amr bin Abdul Barr pernah menyebutkan bahwa Aisyah Ra merupakan satu-satunya perempuan menguasai tiga keilmuan pada masanya, yaitu: ilmu fikih, kedokteran, dan syair.
Al Shifa binti Abdullah al-Quraishiyya al-Adawiyah
Al Shifa adalah salah satu sosok perempuan bijaksana, memiliki pendidikan ilmu administrasi publik dan andal dalam bidang kedokteran. Namanya aslinya Layla, tetapi ia menerima gelar ‘Al Shifa’ yang berarti ‘Penyembuhan’.
Fathimah binti al-Hasan
Fathimah binti al-Hasan ibn Ali Ad-Daqqaq al-Qushayri adalah sosok ulama hadis perempuan pada abad kelima dan keenam.
Ia terkenal tidak hanya karena kesalihahannya dan penguasaan kaligrafinya, tetapi juga karena pengetahuannya tentang hadis dan kualitas isnad (rantai perawi) yang dia ketahui.
Fatimah binti Muhammad
Adalah putri dari Rasulullah SAW dan Khadijah. Selepas ibundanya wafat, Fatimah mengganti ibunya menemani Rasulullah. Ia menggantikan peran ibunya sebagai sosok perempuan penyayang, lembut, baik hati hati, dan hangat bersama keluarga.
Ia dikenal sebagai Shahdah, sang Penulis. Ia telah mendapatkan gelar bangga Musnida Asfahan (otoritas hadis agung Asfahan). Dia mendirikan sebuah pondok Sufi diberkahi suaminya dengan amat murah hati. Dakwahnya tentang Sahih al-Bukhari dihadiri oleh banyak mahasiswa.
Nusayba binti Ka’ab al-Mazneya
Sahabat perempuan Rasulullah SAW yang agung dan pemberani dalam berperang. Ia kerap dijuluki Sang Perisai Rasulullah.
Nusaibah merupakan sosok pahlawan yang tak pernah absen meninggalkan kewajibannya berjihad ketika ada panggilan untuknya.
Ia tidak takut mati di jalan Allah SWT dan seluruh perjuangannya ditujukan untuk kemuliaan dunia dan akhirat.
Salah satu kisah kepahlawanannya dikenal sepanjang sejarah ketika bergabung menjadi pasukan dalam Perang Uhud.
Zainab binti Ali
Zainab adalah putri dari Fatimah dan Ali bin Abu Thalib. Zainab dikenal sebagai perempuan cerdas dalam menganalisis arti logika dan ilmu kebahasaan.(*)