MBG di Lubuk Linggau Jadi Penggerak Ekonomi Lokal dan Penguatan Pangan Daerah
Pemerintah menyadari betul pentingnya masa pertumbuhan sejak dini, MBG bukan sekedar pemenuhan makan
Masa puber atau pubertas pasti dialami setiap anak, baik laki-laki maupun perempuan. Puber merupakan saat di mana anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan kematangan fungsi seksual.
Ternyata tak hanya di Indonesia, di beberapa negara lain transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa ini dirayakan dengan bermacam tradisi dan budaya yang menarik untuk diketahui.
Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini beberapa tradisi unik di berbagai negara saat merayakan pubertas.
1. Seijin-no-Hi (Jepang)
Di Negeri Matahari Terbit, kedewasaan seorang anak dicapai ketika ia sudah menginjak usia 20 tahun. Untuk merayakan usia yang dianggap dewasa secara hukum tersebut, maka pemerintah Jepang mengadakan acara khusus bernama Seijin-no-Hi.
Kegiatan yang diadakan setiap hari Senin di minggu kedua bulan Januari tiap tahun itu dihadiri oleh para laki-laki dan perempuan yang berusia 20 tahun sehari sesudah hari Seijin-no-Hi tahun lalu hingga saat acara berlangsung. Pesta yang sudah berlangsung sejak 1.200 tahun lalu ini memang dikenal meriah.
Seijin-no-Hi umumnya dilakukan di aula besar, ballroom hotel, atau gedung pemerintahan yang diisi dengan jamuan makan bersama, pemberian cindera mata, hingga berfoto dengan pejabat setempat.
Dalam kesempatan itu, para perempuan tampil cantik dan anggun dalam balutan kimono model furisode. Sementara para pria pun tak kalah gagah dengan setelan kimono model hakama.
Seorang gadis tampil anggun pada perayaan Quinceanera. Foto: Istimewa
2. Quinceanera (Amerika Latin)
Mayoritas penduduk di Amerika Latin seperti Argentina, Kolombia, Mexico, Puerto Rico, dan Venezuela merupakan penganut Katolik yang taat. Tak heran, perayaan masa pubertas untuk para anak perempuan di negara-negara ini pun dilalui dengan upacara pembaharuan baptisan di hadapan ratusan umat Katolik di lingkungannya.
Perayaan yang disebut Quinceanara ini dilakukan ketika anak menginjak usia 15 tahun. Di hadapan keluarga dan jemaat gereja, anak perempuan ini mengenakan gaun cantik dan juga tiara, berjanji untuk memelihara iman mereka kepada Tuhan.
Seusai acara, para undangan yang hadir disuguhi dengan aneka makanan dan minuman lezat serta pesta dansa yang meriah.
3. Warrior Class (Kenya dan Tanzania)
Suku Maasai di Kenya dan Tanzania, Afrika memiliki acara khusus menandai masa transisi dari usia anak ke dewasa. Acara yang diadakan khusus untuk anak laki-laki berusia 10-20 tahun tersebut diselenggarakan di sebuah hutan dengan beberapa kemah yang dijadikan sebagai tempat menginap.
Dalam upacara Warrior Class ini, para remaja pria ini akan ’ditempa’ menjadi seorang pria dewasa sekaligus para pejuang yang tidak cengeng dan pantang menyerah.
Perayaan diisi dengan memakan daging dalam porsi besar serta mengonsumsi minuman khusus berupa racikan dari alkohol, darah sapi, dan susu. Keesokan harinya, para remaja ini disunat sebagai simbol bahwa mereka siap untuk menjadi pria dewasa.
4. Lompat Lembu (Etiopia)
Negara lain di belahan benua Afrika, Etiopia juga punya ritual spesial dalam menyambut usia dewasa. Ritual ini khusus untuk kaum Adam atau laki-laki yang kadang juga disebut sebagai pesta bujang sebelum menikah.
Ketika itu, ia harus bisa melompati empat lembu atau sapi jantan tanpa terjatuh. Yang lebih unik lagi, saat melompati binatang pemamah biak itu, si pria atau calon pengantin itu harus melepaskan seluruh pakaiannya alias telanjang.
Arti dari ritual ini adalah seorang anak laki-laki akan meninggalkan masa kanak-kanaknya dan memasuki masa kedewasaan.
Bila sukses melompati lembu jantan tersebut, maka ia akan masuk dalam kelompok yang disebut maza yaitu kumpulan para pria yang sudah berhasil melalui ritual ini. Beberapa bulan kemudian, ia bersama anggota maza yang lain harus mengawasi acara lompat lembu ini.
Tradisi Bat Mitzvah. Foto: iStock
5. Bar dan Bat Mitzvah (Yerusalem Yahudi)
Orang Yahudi di Yerusalem melakukan tradisi Bar Mitzvah sebagai tanda bahwa seorang laki-laki yang sudah berusia 13 tahun kini sudah dewasa.
Acaranya antara lain pemberian tefillin yaitu sepasang kotak kulit hitam berisi gulungan perkamen bertuliskan ayat Alkitab di dalamnya. Tefillin-tangan atau shel-yed dipakai orang Yahudi untuk dililitkan di sekeliling lengan, tangan, dan jari mereka. Sedangkan tefillin-kepala atau shel-rosh diletakkan di atas dahi.
Dengan acara ini, maka secara sah si pria sudah dewasa berdasarkan hukum Yahudi dan ia memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pelayanan di sinagoge (rumah ibadat orang Yahudi) serta wajib memakai tefillin dalam beraktivitas.
Selesai upacara, maka si anak menyampaikan sedikit pidato di hadapan keluarga dan tetua-tetua, dan acara dilanjutkan dengan pesta dan makan bersama.
Sedangkan untuk anak perempuan Yahudi yang sudah berusia 12 tahun maka ia wajib menjalani tradisi Bat Mitzvah yang upacaranya hampir sama dengan Bar Mitzvah, namun tanpa memakai perlengkapan seperti tefillin.
Setelah upacara ini, maka ia juga dianggap telah menjadi perempuan dewasa yang harus patuh terhadap hukum dan aturan kitab Torah.
Ritual Kotahaluweema dilakukan sebagian masyarakat Sri Lanka. Foto: Istimewa
6. Kotahaluweema (Sri Lanka)
Meskipun tradisi pubertas ini tak dilakukan oleh semua masyarakat di Sri Lanka, namun sebagian besar orangtua masih menjalankan ritual khusus untuk anak gadisnya yang memasuki menstruasi pertama sebagai tanda bahwa ia kini bukan anak-anak lagi.
Dalam bahasa Sinhala (bahasa mayoritas di Sri Lanka), puber berarti Kotahalueema. Begitu si anak perempuan mengalami hal tersebut, maka sang ibu akan mendatangi peramal untuk mencari tahu masa depan si gadis nantinya.
Secara detail, si ibu akan memberitahukan hari dan jam berapa haid pertama si anak keluar serta warna pakaian yang dikenakan kala itu. Selanjutnya, si anak perempuan tidak boleh keluar dari kamar selama beberapa waktu.
Tujuannya untuk melindunginya dari roh jahat. Di masa ini pula, si anak tidak boleh mengonsumsi makanan seperti daging-dagingan dan semua jenis makanan yang digoreng. Ia hanya dapat makan sayuran hambar dan nasi.
Kemudian, ritual dilanjutkan dengan mandi spesial dengan guyuran air berisi bunga melati sebanyak tujuh kali ke arah tertentu sesuai saran dari peramal. Seusai mandi, maka si anak dikenakan pakaian bagus yang baru dan juga perhiasan emas.
Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama hidangan tradisional Sri Lanka dan si anak akan menerima hadiah-hadiah dari keluarga dan juga tetangga yang hadir di perayaan tersebut.
7. Khatam Al Quran (Malaysia)
Proses menuju usia dewasa ditandai dengan hal yang berbau nilai religius Islami di negeri tetangga, Malaysia.
Untuk setiap anak perempuan yang sudah berusia 11 tahun, perayaan ulang tahun sekaligus memasuki masa pubertasnya ditandai dengan telah selesainya ia membaca seluruh isi Al Quran atau Khatam Quran.
Persiapan ini sudah dilakukan tahun-tahun sebelumnya, sehingga tepat di hari HUT-nya tersebut, si anak akan membacakan bab terakhir dari Al Quran di hadapan seluruh keluarga dan teman-temannya.
8. Sweet 16 (Amerika Serikat)
Jika di Indonesia, perayaan ulang tahun Sweet 17 seringkali dilangsungkan secara besar-besaran, maka di Negeri Paman Sam, ritual memasuki masa puber baik anak laki-laki maupun perempuan ditandai dengan perayaan ulang tahun ke-16 atau Sweet 16.
Untuk anak yang lahir dari keluarga berada, biasanya orangtuanya akan menyiapkan pesta super mewah di hotel atau di rumah mereka yang besar.
Pesta ini akan mengundang ratusan teman-teman si anak baik laki-laki maupun perempuan dengan jamuan ragam makanan lezat yang datang silih berganti.
Sementara itu, para undangan akan membawa banyak hadiah untuk si anak dan kejutan lain dari orangtuanya adalah hadiah mobil yang tak jarang juga mobil mewah. Wow!