Sosialisasi MBG Penting untuk Ubah Pola Hidup Sehat di Masyarakat
Program Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu program unggulan Presiden terpilih Prabowo Subiant
Saat berusia 10 tahun, Inanike Agusta melihat sebuah kanvas kosong di ruang kreatif ayahnya yang seorang seniman perupa. Ia lalu mencari cat lukis yang biasa digunakan ayahnya.
Sejauh itu, Inanike memang sudah suka menggambar. Berbagai lomba gambar anak-anak ia pernah ikuti dan sering juara. Tapi melukis di atas kanvas menggunakan cat minyak, belum pernah ia lakukan.
Inanike pun mencorat-coret kanvas itu. Sebisanya ia menggunakan cat minyak. Seekor kucing yang sedang lewat menjadi inspirasi dan obyeknya. Setelah selesai, ia menjemurnya. Padahal karya lukis di atas kanvas tak boleh dijemur.
Menjelang sore, ibunya menegur. Mengira dan meminta lukisan ayahnya yang dijemur itu diangkat. Ina menjawab, "Itu lukisan saya. Bukan lukisan Ayah".
Ibunya terperanjat. Ayahnya pun yang kemudian mengetahuinya terperangah. Gadis kecil mereka ternyata bisa melukis di kanvas dengan cat minyak.
Inanike Agusta. Foto: Dok. Pribadi
Kenyataan itu juga diperkuat oleh pendapat kawan-kawan seniman pelukis ayahnya yang kemudian dimintai pendapat tentang lukisan spontannya berjudul "Kucing Lewat" itu.
"Ini bagus. Pure. Lukisan ekspresi kepolosan. Dia punya bakat!" kata salah satu teman pelukis ayahnya waktu itu.
Sejak saat itu, seolah ada energi bagi Inanike untuk terus melukis. Ia terus belajar secara otodidak. Learning by doing, katanya.
Melihat, membaca, mengamati, sering mengunjungi pameran dan bertanya kepada pelukis senior itulah jalan kreatifnya. Lingkungan seniman ayahnya dan darah seni dalang dari kakeknya berperan membentuknya menjadi seorang perempuan pelukis saat ini.
"Awalnya mungkin saya beraliran impresionis, lalu ekpresionis dan lama-lama ke abstrak," cerita Inanike tentang proses pilihan aliran lukisannya.
Seiring perjalanan waktu, di sela hobi melukisnya, Inanike harus bekerja dan menjadi pramugari maskapai penerbangan Garuda. Namun kesibukannya terbang sebagai pramugari ternyata tak membunuh keinginannya untuk terus melukis. Bakatnya tetap terasah dan ia pelihara.
Sampai akhirnya di tahun 2015, ia men-declare bahwa dirinya juga ingin berprofesi sebagai pelukis. Apalagi ketika puluhan bahkan ratusan orang mulai mengapresiasi, mengoleksi dan membeli lukisannya lewat berbagai pameran bersama yang ia ikuti.
"Saya terbiasa melukis di darat dan di udara. Saat sedang terbang, waktu istirahat untuk membunuh rasa bosan, saya melukis. Finishing-nya saya lakukan di darat." jelas Inanike, yang jika dalam penerbangan jarak-jauh ia membawa satu koper khusus untuk peralatan melukisnya.
Ide lukisan abstrak Inanike, bisa apapun. Namun kebanyakan berasal dari pengalaman dan pengamatan hasil perjalanannya mengunjungi banyak tempat karena profesinya sebagai pramugari. Sehingga landscape, panorama dan budaya beberapa kota besar belahan dunia muncul dalam beberapa lukisan yang ia pamerkan.
Selain itu, sapuan kuas dan sentuhan warna lukisan abstraknya pun mengekpresikan apa yang menjadi mood-nya sebagai sosok perempuan yang menjalani dua profesi sekaligus. Yakni sebagai pelukis dan juga pramugari.
Itu bisa didapati lewat salah satu master piece lukisannya di pameran yang berjudul 'The Battle of Dreams and Truth.'
"Setiap orang bebas berinterpretasi terhadap lukisan abstrak. Lukisan berjudul The Battle of Dreams and Truth adalah ekpresi keriuhan diri saya yang beprofesi sebagai pramugari dan pelukis. Di samping juga harus berperan sebagai seorang ibu rumah tangga," ucap Inanike yang sudah memiliki seorang putra berusia 5 tahun.
Inanike mengidolakan pelukis Vincent Van Gogh dan Claude Monet. Untuk pelukis lokal, ia terinspirasi maestro pelukis Affandi.
Pada lukisannya kadang tertempel plat, kerikil dan kawat. Menyatu dengan warna-warni cat lukis. Sebagai bagian dari bentuk keindahan abstraksi keindahannya.
Wings of Time - Brushstroke of Airbone Journey adalah tajuk pameran tunggal perdana lukisan Inanike Agusta yang digelar di D'gallerie, Jl. Barito 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 24 November - 15 Desember 2024.
Sudah dua minggu lebih Inanike di sana. Jika kebetulan Anda berkunjung dan disapa olehnya di pameran yang masih menyisakan waktu 4 hari lagi, kesan kontras namun lembut dan punya kedalaman rasa memancar dari sosoknya.
Laksana makna pilihan warna-warna western pada lukisannya. Dimana antara warna terang dan redup terlihat kontras, dan warna lembutnya memiliki kedalaman imaginasi. (Yusuf Ibrahim)