MBG di Lubuk Linggau Jadi Penggerak Ekonomi Lokal dan Penguatan Pangan Daerah
Pemerintah menyadari betul pentingnya masa pertumbuhan sejak dini, MBG bukan sekedar pemenuhan makan
Anda perlu memperhatikan ketika anak mengalami gatal-gatal, kulit merah menebal, eksim, biduran, bibir bengkak. Hati-hati! Bisa jadi semua itu pertanda gejala alergi. Karenanya, jangan anggap remeh gejala ini karena jika dibiarkan bisa berakibat fatal.
Ahli alergi imunologi anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K) mengatakan salah satu kiat mengetahui pemicu alergi pada anak adalah dengan membuat catatan harian.
“Cara yang paling sederhana adalah kita amati sendiri makanan apa yang dimakan lalu menimbulkan alergi. Bisa bikin catatan harian, misalnya selama seminggu atau dua minggu, hari itu makan apa, timbul gejala apa,” jelas Zaki dikutip dari Info Sehat FKUI.
Selain makanan yang dimakan dan gejala yang timbul setelah makan, Zaki mengatakan penting juga untuk mencatat obat yang sedang dikonsumsi. Hal ini bertujuan mencegah kesalahan dalam menentukan pencetus alergi.
Untuk mengatasinya, dokter dapat merekomendasikan obat seperti antihistamin, inhaler, hingga injeksi epinefrin.
Dikutip Kids Health, berikut beberapa alergi yang sering terjadi pada anak:
1. Alergi musiman
Selama musim-musim tertentu, anak bisa menjadi lebih rentan terhadap alergi.
2. Alergi serbuk sari, debu, dan jamur
Lingkungan juga salah satu penyebab alergi anak. Jika anak bereaksi (batuk atau pilek) terhadap lingkungan, berarti anak Anda memiliki alergi rhinitis.
3. Alergi makanan
Uniknya, alergi makanan pada anak lebih sering dialami anak laki-laki ketimbang anak perempuan.
4. Alergi obat
Alergi obat adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu obat yang digunakan. Reaksi ini muncul karena sistem kekebalan tubuh menganggap zat tertentu dalam obat tersebut sebagai substansi yang bisa membahayakan tubuh.
5. Alergi dingin
Alergi dingin pada anak muncul setelah anak terpapar dengan suhu udara yang dingin. (*)