Ilustrasi mengalami gangguan tidur. Foto: Freepik

Ketindihan saat Tidur Bukan karena Makhluk Gaib, Begini Penjelasan Medisnya

Kondisi terbangun dari tidur namun tidak bisa bergerak dan berbicara. Masyarakat Indonesia lazim menyebutnya “ketindihan” atau “erep-erep”.

Ketindihan membuat seseorang merasa terjaga tetapi badannya tidak dapat digerakkan atau lumpuh. Beberapa orang menganggap kejadian itu disebabkan ada makhluk gaib menindih seseorang ketika tidur. Namun medis punya penjelasan lain.

Melansir uclahealth.org, sebagian orang dapat merasakan hal ini, saat tertidur atau terbangun dari tidur tidak dapat bergerak namun secara sadar terjaga tapi ada perasaan sesak seperti ada sesuatu atau seseorang yang menghalangi untuk bergerak. Sains memiliki istilah untuk ketindihan, yakni sleep paralysis atau kelumpuhan tidur.

Sleep paralysis atau dikenal dengan ketindihan adalah kondisi hilangnya kendali atas otot-otot tubuh saat tertidur atau saat akan bangun tidur. Kondisi ini biasa terjadi ketika memasuki fase REM Sleep (rapid eye movement) yaitu fase sedang tidur lelap hingga bermimpi.

"Orang tersebut mengalami kehilangan kendali otot. Mata mereka dapat bergerak dan mereka bisa bernapas, hanya otot-otot itu yang berfungsi pada saat itu," ungkap dr. Susie Fong, MD, dokter spesialis dari UCLA Health.

Pada fase REM, otot-otot akan istirahat dan relaks, sehingga tidak bisa bergerak. Otot akan kembali berfungsi saat sudah terjaga dari tidur.

Namun, saat mengalami sleep paralysis, di satu sisi tertidur lelap namun otak masih bekerja. Itu sebabnya, ketika mengalami semacam halusinasi, sering terjadi saat sleep paralysis, jadi tidak bisa bergerak.

Menurut laman Sleep Foundation, para ahli medis mengelompokkan kasus sleep paralysis menjadi dua kategori, yaitu:

1. Sleep Paralysis Terisolasi

Kondisi ini tidak terkait dengan diagnosis narkolepsi yang mendasarinya (kelainan neurologis mencegah otak mengendalikan kewaspadaan dengan benar), sering kali menyebabkan kelumpuhan tidur.

2. Sleep Paralysis Berulang

Kondisi ketindihan berulang bisa dikaitkan dengan narkolepsi.

Dalam banyak kasus, kedua karakteristik penentu ini digabungkan untuk menggambarkan kondisi disebut sleep paralysis terisolasi berulang (RISP). Itu mengacu pada kejadian kelumpuhan tidur berkelanjutan pada seseorang yang tidak memiliki narkolepsi.

Penelitian dimuat di jurnal Nature and Science of Sleep menyebutkan, sleep paralysis banyak berkaitan dengan kualitas tidur dan gejala insomnia. Lebih lanjut, gangguan ini sering terjadi bersamaan dengan mimpi buruk dan sindrom kepala meledak.

Sindrom kepala meledak adalah salah satu jenis gangguan tidur membuat seolah-olah mendengar suara keras atau ledakan. Nyatanya, suara ini tidak ada, tetapi bisa bikin mendadak terbangun.(*)

Artikel Terkait