Ilustrasi ibu hamil makan menggunakan wadah plastik mengandung BPA. Foto: Freepik

Paparan BPA Ancam Kesehatan Ibu Hamil dan Janin, Waspada!

Penggunaan Bisphenol A (BPA) kemasan plastik sebagai wadah makanan dan minuman berpotensi mengancam keselamatan ibu hamil, janin dan lingkungan.

Khusus janin bisa meningkatkan risiko perkembangan otak abnormal, gangguan perilaku, hingga sistem kekebalan tubuh.

Penggunaan segala produk mengandung BPA dilarang di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Prancis, Australia, Denmark, dan Swedia.

Alasan sejumlah negara melarang penggunaan BPA beragam. Denmark misalnya, negara tersebut melarang penggunaan BPA dalam botol bayi dan gelar makanan anak karena keprihatinan terhadap potensi efek negatifnya.

Khusus wilayah Asia, regulasi tersebut diterapkan di sejumlah negara seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan China. Sayangnya Indonesia, aturan pelarangan penggunaan BPA belum diterapkan secara khusus lewat label BPA di produk kemasan pangan.

Mengenal BPA

Dikutip dari MayoClinic, BPA adalah bahan kimia industri digunakan membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi.

Bahan kimia ini bukan barang baru dalam industri kemasan dan barang-barang rumah tangga, tapi telah digunakan sejak 1950-an.

Plastik polikarbonat dan resin epoksi kerap digunakan untuk membuat botol minum, botol bayi, kemasan air minum, tempat makan, kacamata, pelapis makanan kalengan, tutup botol, pipa saluran air, sampai jendela anti pecah.

Dikutip dari Healthline, setiap orang perlu lebih berhati-hati dengan produk mengandung BPA. Pasalnya, BPA bisa merembes dari kemasan berbahan plastik ke makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Terutama makanan atau minuman disimpan dalam waktu lama dalam kemasan mengandung BPA, seperti makanan kalengan, minuman dalam kemasan, atau galon air mineral.

Bahaya BPA  

"Bahaya BPA ini berdampak bagi tubuh ibu hamil dan menyusui. Bagi yang menyusui risiko yang ditimbulkan adalah ASI yang diminum bayi akan mengandung BPA sehingga bisa jadi si bayi ini tidak mau lagi menyusui melalui payudara ibu mereka,” ujar Nia Umar, Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dikutip dari sindonews.com.

Menurut Nia, penggunaan alat mengandung BPA akan lebih berbahaya pada bayi menyusui lewat dot botol susu.

Bayi diberikan asupan secara artifisial bisa menelan BPA dosis ganda sehingga akan memengaruhi tumbuh kembang mereka. Nia menilai BPA menjadi masalah karena ada di berbagai aspek kehidupan.

"Pada ibu hamil, BPA ini akan mudah masuk ke rantai makanan dan dapat ditemukan dalam urine, darah, tali pusat, dan ASI. Karenanya, janin dan bayi dapat terpapar BPA bahkan pada mereka yang tidak mengonsumsi botol yang terkontaminasi sekalipun,” ungkapnya.

Dia menyebut zat kimia BPA dapat mengganggu kerja endokrin dan meniru estrogen.

Laporan Program Toksikologi Nasional AS pada 2008 menyatakan keprihatinannya atas efek BPA terhadap otak, perilaku dan kelenjar prostat pada janin.

Nia mengimbau masyarakat berhati-hati dan memerhatikan kesehatan tubuh mengingat zat BPA ini telah ada di berbagai kemasan, mulai dari plastik, kaleng, dan galon.

Dari tiga kemasan tersebut perlu diperhatikan adalah galon air minum.(*)

Artikel Terkait