Makan Bergizi Gratis Berbasis Produk Lokal, Perkuat Ketahanan Pangan dan Ekonomi Daerah
Keterlibatan lintas sektor dan partisipasi masyarakat yang kuat menjadikan program ini dapat berjala
Bilingual atau mempelajari dua bahasa sebenarnya adalah hal yang umum. Sayangnya, terdapat anggapan bahwa mengajarkannya pada anak sejak dini justru dapat meningkatkan risiko speech delay atau terlambat berbicara.
Speech delay adalah sebuah kondisi bisa dialami bayi dan anak-anak yang menyebabkan mereka mengalami keterlambatan bicara dan berbahasa. Seringkali, meski mengerti ketika seseorang berbicara namun sangat sulit mengucapkan dan mengeluarkan kata kembali.
Kekinian, tersiar kabar bahwa bilingual menjadi salah satu faktor resiko penyebab speech delay.
Dokter spesialis anak, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH melalui unggahan di kanal Instagram pribadinya, Sabtu (1/7/2023) menyanggah mitos tersebut.
"Fakta: anak yang bilingual memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik dan fleksibilitas kognitif," tulis Mesty Ariotedjo di media sosialnya.
“Tapi doook, anak tetangga bilingual speech delay, tuh,” kata Mesty Ariotedjo lagi.
Disampaikan Mesty Ariotedjo, speech delay sama-sama bisa terjadi pada anak bilingual atau non bilingual, tetapi penyebabnya bukan bilingual. Penyebabnya bisa memang karena genetik sehingga muncul lebih terlambat, gangguan oromotor, gangguan kecerdasan (biasanya ada gangguan bahasa reseptif), dan gangguan perkembangan lain (seperti autisme). Faktor risiko di antaranya: riwayat keluarga yang sama atau tingkat pendidikan orangtua rendah.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut faktor anak mengalami speech delay para orangtua wajib tahu:
Genetik
Genetik atau riwayat keluarga mengalami kendala dalam berbahasa merupakan faktor risiko memungkinkan anak lebih besar mengalami speech delay, misalnya: gagap.
Kondisi Medis
Bayi alami kondisi medis dalam kandungan atau baru lahir seperti infeksi TORCH, berat badan lahir rendah, bayi kuning, prematur, mengalami asfiksi atau kurang oksigen saat lahir, dan hipotiroid menjadi penyumbang risiko anak mengalami speech delay di masa perkembangannya.
Selain itu, riwayat medis seperti kejang, trauma kepala sampai peradangan otak bisa menjadi faktor risiko speech delay anak.
Struktur Mulut dan Gangguan Fungsi Oromotor
Faktor selanjutnya adalah struktur mulut dan fungsi oromotor bermasalah. Misalnya pada struktur mulut seperti kondisi bibir sumbing. Bibir sumbing dapat menyebabkan gangguan pada gerakan lidah dalam memproduksi suara.
Sementara gangguan fungsi oromotor adalah masalah pada area otak dalam koordinasi dan mengontrol gerakan bibir, lidah serta rahang untuk mengeluarkan suara.
Tidak hanya menyebabkan anak speech delay, fungsi oromotor yang terganggu juga bisa berdampak pada cara makan anak.
Autisme
Anak didiagnosa autisme sebagian besar mengalami gangguan bahasa dan sosial. Akibatnya, tak sedikit anak autis mengalami speech delay.
Kendati begitu, speech delay yang pada anak autisme cukup sulit disadari sebab perkembangan lainnya seperti merangkak, duduk dan berdiri berlangsung normal.
Kurang Stimulasi
Anak yang menerima terlalu banyak stimulasi dapat membuatnya cepat mengalami tantrum. Sebaliknya, anak yang kurang mendapatkan stimulasi di usia tumbuh kembangnya akan berdampak pada kemampuan bicara.
Maka dari itu, peran orangtua sangat penting dalam tumbuh kembang anak khususnya pada kemampuan berbahasanya. Orangtua diharapkan bisa memberikan pancingan agar anak mau berbicara dan mengajarkan kata-kata sesuai dengan usianya.
Masalah Pendengaran
Anak yang mengalami masalah pendengaran seperti hanya bisa mendengar pada volume tertentu bisa menjadi faktor risiko ia mengalami speech delay.
Screen Time yang Berlebihan
Anak yang terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk screen time atau bermain gadget rupanya bisa menjadi faktor risiko lainnya anak mengalami speech delay.
Berdasarkan sebuah penelitian menyebutkan, anak terlalu banyak main gadget terutama saat ia belum bisa berbicara dapat meningkatkan speech delay di kemudian hari. Dibandingkan anak yang tidak bermain gadget.
Maka dari itu, penting bagi orangtua memperhatikan dan rutin memeriksakan anak ke dokter untuk mengetahui tumbuh kembangnya dengan baik dan sesuai diharapkan.(*)